Apa kabar sobat semua?, kali ini Berbagi Segalanya akan berbagi pengalaman pribadi seputar Batu Cincin, hehehe..lagi booming saat ini.
Nah ini ada Sejarah Batu Mata Kucing Cat Eyes:
Mengenal tingkatan batu permata, mata kucing / cat’s eye, tergolong batu peringkat ketiga dibawah zambrut Colombia dan berlian, namun dalam pengembangan di pasar International, batu mata kucing cellone, menduduki peringkat pertama dalam bursa penjualan batu mulai terlaris.
Hari Sabtu kemarin tepatnya tanggal 21 Maret 2015 saya main di rumah mertua yang kebetulan bersebalahan dengan rumah saya, sebelumnya saya sempat melihat-lihat koleksi batu cincin yg saya punya di rumah, entah kenapa hati saya tergerak ingin sekali rasanya membersihkan batu-batu itu, karena saya pikir pasti ada debu yang menempel dipermukaannya.
Sayapun mengambil batu-batu itu kemudian membawanya ke dapur, bukan untuk dimasak lo ya...
saya buka kran air kemudian saya bersihkan batu-batu itu satu per satu, cuma ada tiga biji sih...hehehe.
Singkat cerita selesai membersihkan batu saya pergi ke rumah mertua, berbincang-bincang seperti biasa dengan mertua, entah kenapa tiba-tiba mata saya ngantuk sekali, kemudian sayapun pulang ke rumah maksudnya mau tidur siang, namun ditengah perjalanan pulang yang kira-kira jaraknya 2 Meter, Ya elaaaah...dekat banget ya. kan tadi dah dibilangin bersebelahan ya pasti dekat lah..Eheheehe.
Disela-sela mata ngantuk saya pada saat itu sepintas terlihat di tanah ada sesuatu yang mengkilap bentuknya pipih oval, saya ambil kemudian dipandang-pandang deh tuh benda..sampe-sampe ngantuk saya hilang. Hebat juga ya tu benda bisa ngilangin ngantuk, singkat cerita saya sadar setelah melakukan tes pada benda itu ternyata benda itu sebuah batu yang kata tukang batu sih jenisnya Cat Eyes Gold. Heran dan aneh siapa yang buang batu sebagus itu ya di samping rumah, hadeeuh aya aya wae...
Nah begini ni penampakan batunya:Nah ini ada Sejarah Batu Mata Kucing Cat Eyes:
Mengenal tingkatan batu permata, mata kucing / cat’s eye, tergolong batu peringkat ketiga dibawah zambrut Colombia dan berlian, namun dalam pengembangan di pasar International, batu mata kucing cellone, menduduki peringkat pertama dalam bursa penjualan batu mulai terlaris.
Asal-usul batu mata kucing terjadi atas pembekuan zat asam yang terlahir
dari sifat air dan mengandung sulfur perekat tertinggi selama ribuan
tahun lamanya. Batu ini disebut juga ametis cristal terkuat yang
mengandung 8 mohs kadar kekerasan batu dengan bentuk urat air mengalir.
Dalam peradaban manusia dimasa keemasan zaman Purwarica Bata Wening,
batu mata kucing sangat didewakan sebagai lambang dari keasrian alam,
sedangkan di zaman raja agung Zulkarnaen (Zaman setelah Nabiyullah Nuh
AS) batu ini telah menduduki tahta tertinggi dengan ditempatkannya pada
kursi kebesaran sang kaisar dan mahkota para raja kala itu. Namun pada
masa Nabiyullah Sulaiman AS, batu mata kucing mulai raib keberadaannya
dan digantikan dengan batu termulia saat ini yaitu, merah delima, dan
baru dimasa kejayaan WaliSongo, kisah batu mata kucing mulai terangkat
kembali lewat wasilah seorang putri raja Tarta, Ong Tin, yang datang ke
pulau Jawa.
Terkenalnya Batu Mata Kucing di Indonesia
Sekitar tahun 1400M, seorang putri cantik anak dari raja Tartar, yang
bernama Ong Tin, dengan dikawal 40 perahu besar penuh dengan pernak
pernik perhiasan, guci, piring, giok serta ratusan batu permata yang
dibawanya dari Negara asalnya China, kini sedang menuju pelabuhan
Cirebon.
Sang putri ternyata sedang mabuk asmara terhadap Syarif
Hidayatullah, pemuda tampan yang pernah datang ke istana ayahandanya.
Konon sebelum semua ini terjadi, Syarif Hidayatullah, yang kala itu
merasa hatinya gundah gulana dan sulit untuk memejamkan matanya,
akhirnya bisa tertidur pulas disalah satu perahu jukung milik nelayan
yang sengaja ditambatkan dipinggiran pesisir laut Cirebon. Dengan
kekuasaan-Nya, disaat Syarif Hidayatullah, tertidur lelap, Allah SWT,
menghempaskan perahu tadi hingga jauh sampai ke negeri China.
Kedatangan Syarif Hidayatullah, ke Negara China, ternyata tidak disukai
oleh raja Tartar, pasalnya Syarif Hidayatullah, secara pribadi
mengundang banyak kecintaan rakyat Tartar, atas kelembutan dan tutur
bahasanya yang sangat sopan. Takut dirinya tersaing sebagai seorang
raja, maka dipanggilah Syarif Hidayatullah, keistana raja. Dengan
mengedepankan sifat kekuasaan, sang raja Tartar, mulai menyiasati Syarif
Hidayatullah, yang kala itu dianggapnya punya kelebihan diatas manusia
pada umumnya dengan cara, putrinya Ong Tin, dihiasi memakai bokor
tembaga hingga menyerupai perempuan sedang bunting 8 bulanan.
“Kisanak… sebelum aku memberikan pernyataan, coba kau lihat apakah
putriku ini hamil atau tidak” terang sang raja. “Wahai raja Tartar, atas
ijin Allah, tidak ada seorang wanita yang sudah bunting seperti putri
anda dinyatakan tidak hamil” Atas jawaban ini raja pun tertawa
terbahak-bahak, merasa dirinya menang dari jawaban Syarif Hidayatullah
barusan. Lalu beliaupun melucuti ikat pinggang putrinya untuk
memperlihatkan bahwa putrinya ini tidak hamil melainkan hanya sebuah
bokor yang dipasang. Namun apa yang dilihat raja saat itu membuat beliau
marah besar, ternyata bokor yang dipasang pada perut putrinya lenyap
dan berganti dengan hamil sungguhan “Sungguh kejam sihirmu wahai sang
penenun jahat” lalu dengan lupan amarahnya Syarif Hidayatullah, akhirnya
diusir dari negaranya. Dengan kejadian ini sang putripun merasa malu
dan terus menangis tiada henti, disisi lain, setelah melihat
pemuda tadi yang tak lain adalah Syarif Hidayatullah, sang putri
langsung jatuh hati. Kesedihan sang putri membuat sang ayahanda tak tega
melihatnya, maka diutusnya 400 pasukan untuk mengantarkan sang putri
menemui Syarif Hidayatullah di tanah Pasundan.
Kembali ke cerita
semula, sesampainya di perbatasan pesisir Cirebon, putri Ong Tin, yang
hatinya telah diliputi perasaan cinta langsung berlari kegirangan dan
tanpa di sadari olehnya, kalung yang dipakainya tersangkut dahan hingga
terjatuh diantara timbunan pasir laut dan kisah ini terjadi tepatnya di
daerah pesisir Pasir Ipis, daerah Ciledug. Dalam sejarah keWalian,
kalung yang dipakai putri Ong Tin, adalah berbentuk rantai tipis yang
terbuat dari emas putih dengan dihiasi berlian ungu dan ditengahnya
terdapat batu mulia besar yang sangat indah dipandang mata yaitu, batu
mata kucing hijau dengan serabut urat air yang sangat lembut.
Lewat sejarah jatuhnya kalung putri Ong Tin, Ir. Kosasih, selaku putra
mahkota Kanoman, yang kini menempati rumah sederhana di daerah karang
Asem Sindang Laut Cirebon, beliau pernah menuliskan dalam bukunya yang
berjudul “Keindahan Cat’s eye Cellone” Disitu dijelaskan secara rinci
bahwa “Sesungguhnya batu yang paling indah di dunia saat ini adalah batu
mata kucing yang pernah dipakaioleh putri asal China, yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah putri Ong Tin”.
“Batu kemilau dengan
struktur seberat 39 crat, berwarna hijau crystal dan bercahaya emas
memanjang menjadikan batu ini terindah di dunia”
Pada tahun 1970
an, atas prakasa Ir. Kosasih sendiri beliau mengumpulkan para Ahli
Hikmah, “Barang siapa yang bisa menemukan batu mata kucing hijau seberat
39 crat, baik dengan jalan rill maupun secara bathin, maka kami
hadiahkan seluruh uangku yang ada
” Saat Misteri menanyakan
langsung pada sumbernya (Ir. Kosasih) tentang perjalanan para Jawara
ahlul bathin di tahun 1970 an, beliau hanya menggeleng sedih pertanda
batu mata kucing yang pernah di pakai oleh putri Ong Tin, belum bisa
ditemukan. Bahkan beliau berucap “Bila saat ini ada yang mampu
menemukannya saya berani bayar 21 Milliar”
Wow… sungguh
fantastic harga yang diberikan untuk sebuah batu sejarah. Kisah
perburuan batu mata kucing ini masih berlanjut, dan pada tahun 1997
sampai 1999, atas prakarsa Ir. Sujatmiko, seorang arkeologi ternama asal
kota Bandung, yang dibayar langsung oleh (Alm) HM.Soeharto, mantan
presiden RI-2, menjadikan tempat Pasir Ipis, yang kini sudah menjadi
bukit dan hutan sangat rame oleh para jawara ahli bathin yang ingin
mengadu nasib. Kalau itu Misteri sendiri ikut andil dalam perburuan batu
berkelas millyaran rupiah selama kurang lebih 2 bulanan. Kisah raibnya
batu mulia mata kucing Cellone kepunyaan putri Ong Tin, selama enam abad
silam, membuat batu ini sangat mashur di seluruh belahan Nusantara,
namun dalam kenyataannya, belum ada satupun yang memiliki batu mata
kucing berwarna hijau crystal seberat 39 crat, paling yang ada saat ini
hanya seberat 5 sampai 8 crat, itupun masih dalam tarap Cellone madu dan
belum crystal sekali.
Perburuan Batu Mata Kucing di Hutan Pasir Ipis
Siapapun tentu akan kepincut dengan iming-iming puluhan milyar rupiah
hanya sekedar mencari satu batu bersejarah, kisah ini Misteri alami
sendiri yang ternyata hampir seluruh ahli bathin Cirebon, kala itu turun
semua dengan segala peralatan mistik yang dibawanya. Aroma wewangian
kian santer menusuk hidung tatkala Misteri baru sampai ditempat yang
dituju, hampir disetiap sudut hutan dan bebukitan Pasir Ipis, telah
ditempati beragam manusia dengan pola dan tingkah laku yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Hutan Pasir Ipis
Ada yang seperti
orang bertapa, berteriak memanggil penunggu bangsa gaibiyah setempat,
menggerakkan tubuh dan tangannya seperti orang sedang kesurupan,
berdzikir secara tartil, munajat dengan membisu dan masih banyak tingkah
laku aneh lainnya.
Namun hampir 90% para ahli bathin kala itu
mengundurkan diri karena adanya hawatif yang sama, bahwa : “Mustika mata
kucing cellone kepunyaan putri Ong Tin, akan terus mendampingi tuannya
hingga sampai alam surga dimana beliau tetap bersanding dengan
Waliyullah Kamil Sunan Gunung Jati” Sebab secara hakikiyah telah di nash
dalam Al-Qur’an disurat Arrohman.”Salah satu batu yang menempati alam
surga adalah Lu’lu Yakut dan Marzan” Sedangkan mata kucing kepunyaan
putri Ong Tin, adalah salah satu dari sekian milyar batu yang sangat
langka dipasaran dan sudah termasuk “Green diamond” atau yang disebut
dengan berlian Lu’lu” (Berlian berwarna hijau muda crystal).
Dalam
kisah ini bisa dipetik hikmahnya, bahwa segala sesuatu yang kita
inginkan tidak semuanya menunai keberhasilan, sesungguhnya ini semua
adalah wujud dari kasih sayang Allah SWT, yang mengingatkan pada kita
semua bahwa, jangan saling menyalahkan pendapat atau pemberian maupun
wujud dari suatu ilmu orang lain, tapi teruslah belajar untuk bisa
intropeksi diri dalam segala makna kesalahan, sebab hal semacam ini
lebih mulia dari pada sifat pemimpin yang mengedepankan dirinya sendiri
dalam pandangan hubbud dunia (Selalu mengejar materi).
Demikian semoga bermanfaat.
Salam berbagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar